Tag Archives: kaos oleh-oleh

Dagadu Djokdja, Mengeksplorasi Khasanah Budaya Lokal

Apa yang begitu mencirikhaskan kota Jogjakarta? Selain keraton, bakpia dan kawasan Malioboro, Dagadu Djokdja dianggap sebagai cinderamata yang mampu merepresentasikan kota berjulukan kota pelajar tersebut. Didirikan oleh sekelompok anak muda pecinta pariwisata serta lingkungan Jogjakarta, Dagadu Djokdja diharapkan bisa menjadi buah tangan yang bisa mengeksplorasi khasanah budaya lokal.

Didirikan oleh sekelompok mahasiswa teknik arsitektur Universitas Gajah Mada (UGM), Dagadu Djokdja lahir pada 9 Januari 1994 dengan modal Rp4 juta hasil patungan para founder yang beranggotakan sekitar 25 orang. Produk pertama yang dibuat adalah T-shirt khas Jogjakarta yang target awal sebatas kalangan mahasiswa. Namun setelah diluncurkan, respon masyarakat umum sangat baik dan dianggap jauh dari pengharapan semula.

Didorong oleh respon yang positif dari masyarakat luas, tahun 1996, Dagadu Djokdja diresmikan menjadi perusahaan bernama PT. Aseli Dagadu dengan mengembangkan produk yang tak hanya T-shirt semata namun juga memproduksi merchandise seperti mug, pin, dompet, topi, gantungan kunci, stiker, tas, dll.

Kesuksesan diversifikasi produk mengantarkan Dagadu Djokdja untuk memiliki tiga gerai di beberapa pusat perbelanjaan ternama Jogjakarta. Antara lain Posyandu-Pos Pelayanan Dagadu-yang berlokasi di Malioboro Mall, UGD atau Unit Gawat Dagadu di kawasan Jalan Pakuningratan dan DPRD atau Djawatan Pelayanan Resmi Dagadu di Ambarukmo Plaza. Selain toko offline, Dagadu juga aktif melayani kebutuhan konsumen via online yang difasilitasi oleh program Pesawat (Pesanan Lewat Kawat).

Keberhasilan yang diperoleh Dagadu Djokdja tak membuat brand ini ingin ekspansi dengan sistem franchise. Bertujuan mempertahankan ke-eksklusif-an produk asli Jogjakarta, Dagadu Djokdja lebih memilih membangun sister brand dibanding waralaba. Omnus dan Hiruk Pikuk adalah dua sister brands milik PT. Aseli Dagadu yang gerainya bisa ditemui di Jakarta, Surabaya dan Jawa Tengah.

Tujuh belas tahun eksis di dunia industri lokal tanah air, bukan tak berarti Dagadu Djokdja tak menemui kendala. Pembajakan produk merupakan salah satu permasalahan yang selalu menderanya. Meski guncangan para pembajak begitu dahsyat tapi tak memengaruhi omzet PT. Aseli Dagadu. Diperkirakan revenue produk kreatif original Jogjakarta ini mencapai miliaran rupiah per bulannya.[]

___________

sumber artikel:

http://ciputraentrepreneurship.com

Joger, Sukses dengan Dispromotion

Joseph Theodorus Wulianadi, pemilik Joger memproduksi sebuah jam yang berjalan mundur, yang justru diproduksinya untuk orang-orang yang berpikir maju. Joger juga telah memiliki sebuah VCD yang isinya mengajak siapa saja untuk berpikir merdeka. Pasalnya, dasar dari terbentuknya jiwa yang inovatif dan kreatif itu adalah kemerdekaan, tanpa kemerdekaan tak akan ada keberanian.

Ketika Joger didirikan, banyak entrepreneur yang dilibatkan. Jadi bukan hanya Joseph saja yang menjadi entrepreneur, namun semua karyawannya juga entrepreneur. Di saat yang sama, Joseph juga membuat mereka sebagai pemilik Joger juga. Di Joger tidak ada sentralisasi, cuma memang kebetulan untuk masalah disain tim kreatifnya terdiri dari lima orang, dan untungnya kelimanya ada dalam diri saya, sehingga di Joger tidak pernah terjadi keributan. Hal ini saya lakukan karena pernah Joger memiliki banyak ahli, namun belakangan mereka jauh lebih banyak berdebat ketimbang bekerja.

Banyak yang tidak setuju dengan istilah dispromotion. Meski begitu, Joseph semakin berani memakai konsep itu. Bahkan, dia membuat sendiri gelarnya yaitu BAA dan BSS kepanjangan dari Bukan Apa-Apa dan Bukan Siapa-Siapa.

Di Joger ternyata Joseph lebih berani membuat istilah-istilah baru, yang akhirnya diterima. Seperti kata dispromotion yang pada awalnya ditolak akhirnya diterima. Dispromotion itu adalah konsep berpromosi yang tidak bermaksud untuk menaikkan jumlah omzet, karena saat ini jika ada orang yang ingin membeli kaos Joger dalam jumlah banyak selalu ditolak.

Akar persoalan itu bisa saja menjadi masalah yang perlu dipecahkan atau menjadi menghancurkan. Contoh belum lama ini saya membaca 7.000 karyawan pabrik sandal di PHK kemudian ada salah seorang diantara mereka yang menemui dan meminta Joger menolong mereka dalam memasarkan sandal itu. Joger mau saja membantu namun Joger tidak akan menjual sandal yang “biasa-biasa saja”, sandal itu harus lain dari yang lain.

Kemudian kami melihat ada peluang untuk menjual sandal dalam jumlah yang besar. Strategi penjualan yang kami terapkan adalah hanya menjual sandal sebelah kiri saja, dan jika membeli sebelah kiri akan mendapatkan bonus sebelah kanan. Harganya pun kami bagi dua, jadi masing-masing seharga Rp. 16.500. Ternyata menjual sandal yang biasa dengan cara yang berbeda ini sudah menimbulkan suatu permintaan baru. Bahkan, saat ini pabrik sudah kewalahan.

Sekarang ada kekosongan di Bali karena orang merasa wajib membeli yang begini karena hal ini telah menjadi cerita. Kini orang kalau ke Bali khusus ke Joger karena orang tahu kita adalah tempat yang selalu hadir dengan ide-ide baru.

Kalau kini Joger menjadi besar bukan karena keinginan kami, namun lebih banyak karena keinginan masyarakat. Dan semenjak 1987 Joger tidak lagi berorientasi kepada keuntungan tetapi berorientasi kepada kebahagiaan.[]

__________

Sumber artikel:

http://ciputraentrepreneurship.com

Mahanagari, Benar-benar Bandung Pisan Euy!

Tak diragukan lagi, Indonesia kaya akan budaya dan warga yang kreatif. Hal itu terbukti dari banyaknya produk-produk inovatif nan unik yang menyemarakki industri lokal. Mulai dari kerajinan, kuliner hingga fashion. Di bidang industri busana, banyak entrepreneur tanah air yang pandai memadukan unsur budaya dengan kreatifitas. Hal itu terbukti dari munculnya brand Joger dan Jangkrik di Bali serta Dagadu di Jogja yang begitu populer. Nah, seakan tak mau kalah, Bandung pun mengeluarkan produk yang hampir sejenis. Namanya Mahanagari.

Menurut sang pemilik Mahanagari, Ben Wirawan S, usahanya bukan hanya sekedar menjual produk fashion tapi juga menawarkan kampanye budaya seputar Bandung. Kampanye yang dimaksud adalah memperkenalkan Bandung melalui diskusi-diskusi, film, tour heritage dan lain sebagainya. Diharapkan, kampanye ini mampu menambah pengetahuan customers tentang Bandung dan menarik minat mereka untuk membeli produk Mahanagari.

Berbicara mengenai desain, baju-baju Mahanagari lebih banyak mengangkat tema sejarah, budaya hingga kehidupan sosial yang menyelimuti kota Bandung. Mulai dari tulisan-tulisan kreatif berbahasa Sunda, peta jajanan khas Bandung hingga tempat-tempat bersejarah di Bandung serta tak ketinggalan rute angkutan daerah yang terkenal dengan peuyeum-nya tersebut.

Pihak pengelola juga memberi kesempatan bagi orang-orang awam yang punya kreatifitas tinggi untuk ikut serta mendesain kaos Mahanagari. Asalkan sesuai dengan konsep, tema dan visi-misi Mahanagari, desain tersebut akan diproduksi.

Selain memiliki toko di Bandung Indah Plaza, Mahanagari juga membuka outlet di Ciwalk dan turut pula eksis di jagat maya dengan membuka toko online.[]

__________

Sumber artikel:

http://ciputraentrepreneurship.com